Nisazet.com || Setelah puas dengan wisata Magelang dengan pegunungan, kali ini perjalan dilanjutkan untuk melihat Curug Silawe di Magelang, Pesona Air Terjun yang Tersembunyi.
Sebenarnya perjalanan ke sini, tanpa direncanakan ya. Cuma sekadar wisata yang dilewati saat jalan pulang. Ditambah pada saat itu, keadaan badan yang masih lemas akibat muntaber dan terkena angin malam di penginapan giryo butuh.
Bisa-bisanya kalau mengingat kejadian semalam, aku terkena muntaber sampai 3x lebih, memang angin malam di bawah kaki gunung dingin banget hey. Gak cocok sama aku yang gak suka dingin tapi suka hujan. Lah gimana tuh konsepnya?
Letak Curug Silawe
Masih dengan scoopy rentalan tercinta, kali ini jalan yang dilewati sedikit santai ya, lebih banyak memakan rem tangan dibanding harus memainkan gas dengan penuh semangat.
Letak Curug Silawe ini di Dusun Kopeng, Desa Sutopati, Kec Kajoran. Masih satu kabupaten yaitu Magelang.
Jarak dari Penginapan ke Curug Silawe ini, sekitar 6 kilometer dengan jarak tempuh kurang lebih 18 menit. Setelah perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya sampai di lokasi tujuan, dengan selamat. Alhamdulillah. Waktu awal-awal bingung ini di mana letak air terjunnya, kok cuma ada suara gemercik air yang turun tetapi tidak kelihatan batang hidungnya.
Ternyata oh ternyata, penjaga Curug Silawe datang menghampiri, menagih biaya masuk Rp. 5.000,- per orang dan untuk parkir motor sekitaran Rp. 2.000,- dan mobil Rp. 3.000,-
Untuk parkiran sih lumayan luas, dan bisa muat mobil juga. Terus pemandangan yang dilihat sejauh mata memandang hutan ya. Hutannya masih asri juga.
Indahnya Hidden Gems di Curug Silawe
Mengingat kemarin aku datang di hari jumat, sehingga pengunjung tidak ada, benar-benar merasa liburan secara privat.
Kebetulan si Penjaga, masih di sana. Rupayan beliau paham betul apa yang ada di pikiran kami, tentang air terjun curug silawe. Dan yeah beliau bilang air terjun nya ada di bawah.
Harus turun melewati anak tangga dulu, dengan bahasa jawa yang lembut, walaupun aku gak bisa membalas pakai bahasa jawa setidaknya aku mengerti apa yang diucapkan oleh beliau.
Sempat ngobrol sebentar dengan si Ibu, ternyata dulu curug silawe ini ruame, apalagi wisatawan luar, cuma semenjak covid kemarin, tempat ini menjadi sepi.
Untungnya semenjak ada media-media tempat curug silawe ini, bermula rame walaupun tidak seperti awal-awal tapi setiap hari kadang ada saja yang mau menikmati keindahan air terjun yang tersembunyi ini.
Begitulah kira-kira percakapan si ibu, karena mungkin aku gak ngerti bahasa jawa beliau akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan aku menggunakan Bahasa Indonesia hihi.
Aku Pun berniat pamit, sambil tersenyum dan si anak yang digendong ibu tadi juga melambaikan tangan. Perjalanan pun dimulai. Aku kira hanya melewati beberapa anak tangga, ternyata ada bahkan 100 lebih anak tangga yang harus dituruti.
Untungnya, anak tangga ini sudah di cor semen, dan lumayan besar antara jarak anak tangga ke tangga berikutnya, jadi sangat aman ya. Walaupun aman harus tetap berhati-hati karena banyak lumut di semen, terkadang hari sila tidak melihat di kalender, tbtb saja aku tergelincir sedikit karena sepatu menjadi licin akibat lumut tersebut.
Ya Ampun, perjuangan sekali untuk melihat air terjun di Curug Silawe ini. Belum sembuh sakit perut malah harus jatuh sedikit, tak apalah namanya juga petualangan.
Sensasi Menyegarkan dari Air Terjun
Anak tangga berhasil ditaklukan, ternyata tempat ini benar-benar sepi, pas banget buat yang mau cari hiburan tapi gak terlalu ramai didatangi banyak orang.
Pepohonan yang hijau, mengelilingi air terjun yang satu ini. Walaupun letaknya tersembunyi tetapi tidak dengan pemandanganya.
Tinggi dari air terjun ini sekitaran 50 meter, berada di kaki bukit gunung sumbing bagian tenggara.
Ternyata keberuntungan tidak berpihak kepadaku pada hari itu, mengingat aku yang liburannya di musim panas, maka air terjun tidak deras seperti biasanya, walaupun begitu suasana dari air terjun ini benar-benar menyejukan. Apalagi ketika air terjun ini membasahi kedua tangan ku, sensasi dingin air es langsung menjalar sampai ke tulang.
Setelah puas melakukan yang namanya mencintai alam dengan berdiam sambil memandang air terjun, kami berdua memutuskan untuk mencari makan, maklum selama perjalanan tidak ada nutrisi yang masuk karena saking asiknya.
Dan yeah bagian paling berat dari curug silawe ini yaitu, menaiki anak tangga. Jujur saja aku yang anaknya jarang olahraga tentunya merasakan sesak nafas karena menaiki anak tangga yang banyak, bukan cuma kaki tapi juga nafas sudah beberapa kali ngos-ngosan.
Beberapa kali juga aku memilih stop dan memilih untuk menarik serta mengeluarkan nafas secara cepat. Ternyata untuk mencapai wisata kita harus memerlukan perjuangan yang ekstra haha.
Setelah beberapa lama, dengan kondisi berulang naik, istirahat, naik lagi, akhirnya aku sampai ke atas, dengan selamat dan yah peluh dimana-mana.
Tetapi hal ini benar-benar mengasyikan loh. Oh iya gays. Buat kalian yang mau ke curug silawe aku saranin datangnya pagi ya, kalau kalian beruntung bisa dapet pelangi di antara air terjun gitu.
Jangan lupa juga, selalu cek kendaraan yang bakalan kalian gunakan, walaupun jalanya enak dan beraspal tetap hati-hati ya. Luph
Salam Sugar ♥