Nisazet.com || Ide Bertani – Kita semua tahu bahwa sayur adalah salah satu makanan yang sangat sehat karena banyak mengandung nutrisi. Tapi, kebanyakan orang cenderung menghindari sayur karena menganggap rasanya tidak enak.
Tapi jika kita mau sedikit memaksakan diri, sebenarnya kita bisa menyukai sayur-sayuran. Terlebih, jika kita mengetahui manfaat makan sayuran untuk kesehatan.
Jika orang dewasa sedikit lebih mudah untuk diajak makan sayur, tapi tidak halnya dengan anak-anak. Anak-anak yang tidak suka makan sayur biasanya menjadikan “rasa sayur yang tidak enak” sebagai alasannya.
Saya akui, banyak sayur yang memiliki rasa pahit dan aroma yang kurang sedap. Tapi bukan berarti hal tersebut bisa dijadikan sebagai alasan untuk menghindari sayur. Karena walau bagaimanapun, anak-anak tetap membutuhkan sumber nutrisi dari sayur-mayur.
Jujur, saya sering bertanya-tanya, mengapa ponakan tampaknya memiliki kecenderungan alami untuk menghindari sayuran. Apa mungkin karena mereka kurang terbiasa dengan rasa alami sayur-sayuran?
Tapi sebagai tante yang ingin memberikan nutrisi terbaik untuk anak, saya selalu berusaha untuk meyakinkan anak-anak bahwa “Sayur itu baik bagi kesehatan mereka.”
Tapi tentu saja, kata-kata saja tidak cukup untuk mendorong anak-anak agar suka makan sayur. Selain melakukan sounding, saya juga berusaha berimprovisasi dengan mencoba berbagai resep sayur-sayuran agar rasanya lebih mudah diterima oleh lidah anak-anak.
Selain mencoba berbagai resep, saya juga sering bereksperimen dengan mencoba berbagai jenis sayuran. Karena di luar sana ada banyak jenis sayuran yang rasanya bisa diterima oleh lidah anak-anak, terutama jika diolah dengan resep yang tepat.
Ngomong-ngomong soal sayur, setiap hari saya selalu berusaha menyajikan sayur di meja makan untuk keluarga saya. Tidak hanya satu jenis, setiap hari saya selalu berusaha untuk mencoba menyajikan beberapa jenis sayuran (berbagai warna) untuk sarapan, makan siang, dan juga makan malam.
Karena itu, tidak mengherankan apabila uang belanja dapur lebih banyak saya alokasikan untuk membeli sayur-sayuran. Apalagi, kedua anak saya juga sering mengalami alergi ayam (potong) dan telur (ayam ras) kalau makan terlalu banyak.
Dalam seminggu, saya biasanya mengeluarkan minimal Rp 100 ribu khusus untuk membeli sayur-mayur saja. Jadi, jika di total, dalam 1 bulan saya bisa membelanjakan uang 400K untuk sayur.
Bagi saya, jumlah uang tersebut tentu saja tidak sedikit. Apalagi, masih banyak hal-hal lain yang membutuhkan uang. Mulai dari, biaya sekolah, listrik, internet, jajan anak-anak, peralatan mandi dan mencuci, serta masih banyak kebutuhan-kebutuhan lain yang perlu di-cover setiap bulan.
Karena sayuran adalah salah satu kebutuhan primer keluarga kami, saya sempat berpikir untuk membuat kitchen garden. Tapi karena masih awam, saya ingin mencari tahu terlebih dahulu bagaimana caranya memulai membuat kitchen garden dengan konsep urban farm.
Saat mencari referensi dengan keyword “urban farm” inilah saya menemukan cerita tentang Vania Febriyantie yang menggagas kelompok tani bernama “Seni Tani” sebagai wadah urban farming. Seni Tani sendiri dibentuk di Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, kabupaten Bandung Utara.
Menariknya, Vania Febriyantie 28 dan temannya Galih, mempraktekkan urban farming dengan memanfaatkan lahan-lahan yang tidak terpakai (lahan tidur) di daerah tempat tinggalnya.
Vania dan Galih memulai perjalanan mereka di dunia urban farming sejak bulan November 2020. Kini mereka telah berhasil mengubah lahan tidur seluas 680 m2 menjadi sebuah kebun sayur yang produktif.
Dalam satu tahun terakhir, Seni Tani telah menghasilkan lebih dari 150 kg sayuran berkualitas tinggi. Yang menarik, dari usaha ini adalah cara mereka mendistribusikan hasil panen mereka.
Untuk mendistribusikan hasil panen, mereka mendistribusikannya melalui Kelompok Tani Sauyunan dengan sistem Community Supported Agriculture (CSA).
Cara kerja sistem ini sebenarnya cukup sederhana. Anggota kelompok yang berjumlah kurang lebih 24 orang, akan diminta untuk membayar di awal bulan sebelum benih sayuran ditanam.
Ide ini adalah salah satu ide brilian. Karena selama ini, petani urban kerap mengalami masalah tantangan keuangan, khususnya untuk modal.
Saat ini, lahan tanam Seni Tani dibagi menjadi dua bagian dengan fungsi yang berbeda. Separuh dari lahan ini berperan sebagai kebun komunal yang dapat diakses oleh 97 anggota yang aktif berkebun bersama. Sementara separuh lainnya dikelola oleh dua pemuda lokal yang telah menjadi petani urban dengan pendapatan tetap.
Ide untuk membuat Seni Tani sebagai media urban farming ini lahir dari banyaknya lahan tidur yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandung. Melihat banyaknya lahan tidur tersebut, Vania dan Galih merasa tertantang untuk memanfaatkannya.
Mereka membuktikan bahwa untuk memulai berkebun, kita tidak selalu memerlukan lahan yang luas. Bahkan dengan lahan berukuran sekecil 1 x 1 meter, seseorang sudah bisa menciptakan kebun sayur sendiri, yang sering disebut sebagai “kitchen garden.”
Vania Febriyantie Didapuk sebagai Finalis 12th SATU Indonesia Award 2021
Sebagai seorang pejuang tanpa pamrih di masa pandemi Covid-19 Vania Febriyantie pun mendapatkan apresiasi dari PT Astra International Tbk, melalui ajang SATU INDONESIA AWARD.
Kontribusi Seni Tani pada ketahanan pangan lokal membuat para juri tidak ragu untuk mendapuk Vania Febriyantie sebagai salah satu pemenang.
Selain karena berkontribusi terhadap ketahanan pangan lokal. Alasan lain yang membuat para juri di Satu Indonesia Awards 2021 tidak ragu memilih Vania adalah karena, Ia merupakan salah satu sosok yang inspiratif karena mampu penciptaan lapangan kerja di daerah urban.
Ide “Petani Kota Dengan Advance Payment” yang dibangun Vania juga telah terbukti mampu memberdayakan petani-petani urban sekaligus menciptakan sumber penghasilan yang stabil di tengah lingkungan di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu.
Kesimpulan
Urban farming yang dikemas dalam wadah kelompok tani bernama “Seni Tani” oleh Vania Febriyantie, adalah contoh nyata bahwa semangat kewirausahaan dan kesadaran akan pertanian perkotaan dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat.
Dengan mengubah lahan tidur menjadi kebun yang produktif, Vania dan Galih tidak hanya menyediakan makanan yang lebih sehat untuk komunitas mereka, tetapi juga memperkuat ikatan antara anggota kelompok tani dan menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat.
Kisah Vania Febriyantie menurut saya sangat inspiratif. Karena itulah, saya tidak ragu untuk membagikan cerita ini di blog. Saya berharap, kisah sukses Vania dan Galih akan menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk ikut berkontribusi dalam pertanian perkotaan dan keberlanjutan lingkungan.
Salam Sugar ♥