Musim hujan yang sedang berlangsung di kota ku mengakibatkan katak hobi bertelur ditempat yang ada genangan ku. Katanya musim katak bertelur juga menandakan musim orang melakukan nikahan.
Well ini benar benar terjadi, sama halnya teman SD ku, teman MTS ku, teman SMA ku dan terakhir teman Kuliah ku sedang ramai nya menyebar undangan akad dan resepsi di tempat yang ber beda beda. Alhamdulillah mereka semua jodoh nya sudah sampai untuk di ikat dalam balutan yang khidmat dengan kata SAH.
Berbicara tentang resepsi pernikahan ada satu tradisi yang menamakan dengan namanya JUJURAN. JUJURAN di sini dimaknai dengan mempelai pria yang memberi seserahan (dalam arti duit) kepada keluarga mempelai wanita, gunanya keluarga wanita mempergunakan uang nya untuk mengadakan resepsi, sewa dekor, catring untuk makan dan yang terakhir peralatan seperti tempat tidur dan lemari untuk keluarga kecil mereka.
But, yang menjadi pemikiran ku sampai saat ini “Haruskah jujuran tetap di jalankan hanya karena tradisi turun temurun. Hem maksud nya disini kebanyakan apabila sang keluarga mempelai pria datang kerumah wanita yang ditanya berapa mereka berani membayar untuk anak mereka ! Kalo kata sang keluarga perempuan mereka sudah mematok angka yang besar, dan pastinya ada yang namanya tawar menawar antara kedua belah pihak. Hingga alhasil sang perempuan seperti barang yang dijual dan ditawar oleh masing masing keluarga. Sesudah mendapat angka yang sepakat baru lah ditetapkan tanggal peresmian tersebut.
(NOTE : INI HANYA SEBAGIAN TRADISI YANG MASIH ADA, TOLONG JANGAN MENJUDGE ATAU MERASA TERSINGGUNG. KARENA INI HANYA SEBAGIAN DARI YANG AKU LIHAT)
Miris bukan ? Padahal dalam ikatan pernikahan tidak penting seberapa jujuran mu, toh yang disebut uang mahar saat ijab, tidak perlu semewah apa pesta mu yang penting kehidupan setelahnya, tidak perlu mendengarkan nasihat atau mulut tetangga yang penting Allah meridhoi pernikahan mu. Ridho Allah lebih penting dari diskusi Mulut Tetangga. Paling cuma seminggu itu hot, sisanya mereka mencari gosip yang baru untuk diperbincangkan sedangkan untuk Ridho Allah selamanya akan tetap ada :”)
Aku sebagai penonton disini cukup kasihan sama mempelai laki laki, dimana karena mereka sudah menjalani yang namanya pacaran, mau gak mau sang lelaki harus ngutang sana sini yang terpenting jujuran bisa sesuai dengan deal pada saat yang dibicarakan. Bisa juga sang lelaki mencari pekerjaan sampingan agar uang yang dipatok dengan angka besar bisa ada sesuai dengan waktu yang di tetapkan.
Dan aku juga kasihan sama namanya anak perempuan, karena ia pengen menolak tapi karena suatu tradisi mau tak mau dia harus ikut terjerat karena sang tetua masih ada dirumah, dan ikut andil dalam nyamanya pernikahan .
Semakin berkembangnya zaman, semakin besar pula nilai rupiah yang di keluarkan oleh mempelai laki laki untuk gadis pujaan hatinya. Semakin tinggi pula pendidikan gadis semakin besar pula patokan yang di setarakan, karena mengikuti namanya zaman dan juga bisik bisik tetangga, mau bersaing dengan para anak tetangga yang lain. Maka dari itu terciptalah tradisi yang masih sering di kembang biakan.
Pada dasarnya, sebaik baiknya pernikahan yaitu yang tidak memberatkan calon laki laki itu sendiri, tidak perlu mewah, yang terpenting khidmat dan tidak mubazir !! Selain jadi penonton aku juga menjadi pengamat untuk acara resepsi, tidak jarang terlalu banyak makanan karena pesta yang wah banyak mubazir makanan yang terbuang. Padahal kalo bisa dengan menghemat kenapa harus wah.
Karena pada dasarnya, bukan satu hari pernikahan untuk selamanya melainkan setelah pernikahan mau kemana. Mau hidup sendiri dengan perjuangan sendiri atau bergantung sama orang tua karena tradisi. Yah di desa ku, banyak pengantin baru yang dipaksa tetap tinggal di rumah mertua atau rumah emak kandung dengan dalih “gak papa kan rumah juga besar” dimana mereka bisa belajar mandiri.
Ingat ya, pernikahan bukan uang jujuran yang harus mahal, jangan memberatkan calon pasangan mu, mungkin karena dari jujuran mahal itu sebab nya sesorang belom berani mengajak mu dengan serius, belom punya uang yang lebih banyak, belom juga untuk biaya resepsi, gak jarang mereka laki laki rela banting tulang hanya untuk sehari resepsi yang terpenting wah keliatan nya oleh tetangga sekitar, tidak tau proses yang di dapat gimana.
Untuk calon perempuan cobalah kalian berbicara sama orang tua kalian, biar pikiran mereka mengerti untuk hal yang namanya pernikahan bukan penilaian dan nilai jujuran dari pertanyaan para tetangga.
Untuk calon mertua dari wanita, kalo mereka berpendidikan dan sudah berkerja pasti kamu sedati nya berapa bisa menghargai anak gadis yang ingin dipinang oleh putra mu, bukan sesuai dengan jatah yang meraka taroh, tapi seberapa kamu sanggup memberi tanpa harus tawar menawar
Untuk semuanya, aku cuma menyampaikan apa yang sedang booming dan memang selalu booming dikalangan para ibu ibu. Tidak heran aku merasa bingung kenapa selalu para tetangga menayakan berapap jujuran untuk putri si a, b, c ,d dan Z. Padahal itu bukan urusan kalian ka, so kalian cukup jadi penonton yang tidak banyak bicara dan jangan membandingkan dengan tradisi yang ada. Karena ini cuma tradisi yang memang ada sejak turun temurun. Dan mulai semakin berubah karena pengaruh globalisasi.
Maaf untuk semua, kalo ada yang tersinggung.
Maaf kan aku gaesssss
Maafkan sekali lagi
1 Komentar. Leave new
Wkwkwkwk, intinya jangan memberatkan jar. Mun kedua belah pihak setuju dengan cara sedderhana monggo dilakukan. Tapi, terkadang ada yang salah satu pihak pengen sederhana eh pihak yang sana pengen acara mewah. Intinya, kalau nikah semampunya ajalah jangan sampai ngutang wkkwkw